11 Agustus, 2011

about LOVE

Jagalah Hati Kita

”Cintailah orang yang engkau cintai itu sekedarnya saja, sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang engkau benci, dan bencilah orang yang tidak engkau sukai itu sekedarnya saja sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang kamu cintai” (HR. Tirmidzi)

Yang mendorong saya untuk menyampaikan hadits ini adalah keprihatinan saya atas kondisi cinta anak muda saat ini. Mereka begitu mencintai seorang yang disebut pacar dengan sangat berlebihan. Mereka bisa memberikan segalanya pada kekasihnya, apapun yang dimintanya termasuk sesuatu yang tidak seharusnya diberikan, dengan dalih CINTA.

Semua itu sangat mungkin akan berujung pada penyesalan panjang. Padahal pacar itu belum tentu akan menjadi orang yang sah menjadi istri atau suaminya nanti. Jika ada yang mengatakan pasti, berarti dia telah mendahului takdir Allah. Nah, kalau sudah begini, apa tidak berpeluang membuat Allah marah..?? ”Lah kok sok tahu banget, emang Tuhannya siapa..??” kata Allah (dengan bahasa kita tentunya). Jika Allah marah, kemudian Dia merubah perasaan masing-masing yang semula cinta menjadi benci, apa yang akan terjadi...?? Sakit hati, ya toh..?? Mudah bagi Allah untuk merubah apa yang ada di dalam hati hambaNya, karena Dia adalah Muqallibal Qulub, Sang Maha Pembolak-balik Hati.

Sudahlah sobat, kalau belum waktunya gak usah ngasih cinta yang gede-gede. Lagian ngapain kita ngasih cinta pada orang yang gak seharusnya kita kasih..?? Cinta kita terlalu suci untuk dibagi pada seorang yang tidak jelas, apakah dia takdir kita atau bukan. Cinta itu hanya boleh ada setelah akad nikah, atau minimal beberapa hari sebelumnya untuk lebih memantapkan hati pada pilihan.

~Wallahu a’lam bishshawab~

CintaNya...

Kasih Sayang
ALLAH SWT

Apa sebabnya hati tertutup..?? Itu karena terlalu banyak hal yang kita khawatirkan, coba kalau kita mau jujur sama diri sendiri, semua hal yang kita khawatirkan itu bersifat duniawi semata, semua (ingat SEMUA)..!!

Contohnya nih ya, kayak lagu Mulan yang liriknya “..bukannya aku takut akan kehilangan dirimu, tapi aku takut kehilangan cintamu..”

Siapa yang bisa menjamin dia gak akan kehilangan cinta pacarnya..?? Gak ada kan... Apa jadinya kalau dia benar-benar kehilangan..?? Hal-hal begitu gak seharusnya kita khawatirkan. Percaya deh, sebaik-baiknya manusia, mereka gak akan bisa benar-benar memahami kita, gak akan paham betul apa yang terbaik untuk kita. Cuma Allah yang tahu apa yang terbaik untuk kita, cuma Allah yang paham betul perasaan kita dan kebutuhan hati kita. Semua yang terjadi sama kita, seberat apapun saat itu yang kita rasain, kita cuma perlu sabar. Karena cuma waktu yang bisa membuktikan bahwa segala yang terjadi itu adalah yang terbaik untuk kita.

Allah tuuh baiiiik banget. Ia dengan caraNya sendiri gak akan membiarkan kita tersandung lalu jatuh. Tapi kalau kita jatuh, itu atas kemauan kita sendiri. Sedangkan kalau kita sigap menahan dengan kaki satu lagi, Insya Allah kita gak akan jatuh. Justru kita jadi tau bahwa dijalan itu ada lubangnya. Jadi kita bakal hati-hati untuk selanjutnya. Jadi khawatir bukan untuk masalah itu, tapi khawatir, bisa gak hati kita terbuka untuk menerima hikmah atas masalah yang ada..?? Kedewasaan dan pembelajaran itu sendiri butuh proses, proses itu adalah waktu, dan kapan waktu terbaik itu sudah ditakdirkan Allah buat kita. Semakin terbuka hati kita menerima, akan semakin banyak kita mengerti, semakin cepat kita pahami, dan semakin ringan masalah itu terlewati.

01 Juli, 2011

Tulang Rusuk Takkan Tertukar

TULANG RUSUK TAKKAN TERTUKAR

Kau bilang, “ana akan ta’aruf dengan ukhti beberapa tahun lagi ketika ukhti sudah lulus”...

(aku bilang) "Buat apa kau katakan itu skrg akhi...?Jika belum siap adalah jawabannya,, lalu kenapa harus kau katakan rencanamu itu padaku... Tidak taukah engkau,, kata2mu itu bisa menggoyahkan kekokohan iman yang sedang susah payah ku bangun.."

Lalu ketika kau bilang, “ana ingin jaga hati ana untuk ta’aruf dengan ukhti nanti”

(aku bilang) "Lantas, apakah dgn kau bilang begitu dan sering menelfonku itu artinya tidak mengotori hatimu?Kau memang sudah seharusnya menjaga hatimu sampai tiba waktunya nanti untuk kau berikan seutuhnya kepada wanita yang berhak.. tapi kan belum tentu wanita itu aku..."

Ketika kau bilang “ati2 ya di sana.. jaga diri baik2..”

(aku bilang) "Bukannya aku ga suka diperhatiin dan dijagain... Tp cukuplah Allah yg menjagaku... Dan tanpa kau bilang begitu pun aku akan berhati2 di sini dan menjaga diriku dengan baik untuk suamiku nanti.. dan itu belum tentu kau.."

Ketika kau bilang “ana harap ukhti tidak ta’aruf dengan org lain sebelum ana"

(aku bilang) "Kurang jelaskah jawabanku,, aku tidak bisa menjanjikan apa pun.. karena aku tak tau apa yang akan terjadi padaku nanti..."

Sebuah kutipan yang perlu kau ketahui :

Wahai akhwat, jika datang kepadamu laki-laki baik-baik yang melamarmu, maka bisa jadi dialah pangeranmu.

Wahai ikhwan, jika gadis pujaanmu telah dilamar orang, maka lupakanlah. Karena bisa jadi dia bukan permaisurimu.

Aku yakin kau tahu janji Allah... laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik...

Maka kalau memang nantinya kita tak berjodoh,, ya itu artinya barangkali aku tak cukup baik untukmu... pastinya ada wanita lain yang baik untukmu...

Dan yakinlah... kalau memang aku bukan tulang rusukmu,, maka apa yang kau rencanakan itu tak akan pernah terjadi...

Dan jika aku ini tulang rusukmu, maka tanpa kau minta aku untuk tidak ta’aruf dengan orang lain pun, aku akan tetap jadi pendampingmu...

Karena ku yakin,, tulang rusuk tidak akan tertukar

Panduan Ta'aruf

TA’ARUF

Jika seorang lelaki ingin menarik hati seorang wanita, biasanya yang ditebarkan adalah berjuta-juta kata puitis bin manis, penuh janji-janji untuk memikat hati, "Jika kau menjadi istriku nanti, percayalah aku satu-satunya yang bisa membahagiakanmu" atau "Jika kau menjadi istriku nanti, hanya dirimu di hatiku" dan "bla...bla...bla...", sang wanita pun tersipu malu, hidungnya kembang kempis, sambil menundukkan kepala,
"Aih...aih... abang bisa aja". Onde mande, rancak bana !!! (halahh...berlebihaan whekekeke)…

Lidah yang biasanya kelu untuk berbicara saat bertemu gebetan, tiba-tiba jadi luwes, kadang dibumbui 'ancaman' hanya karena keinginan untuk mendapatkan doi seorang. Kalo ada yang coba-coba main mata ama si doi, "Jangan macem-macem lu, gue punya nih!" Amboi, belum dinikahi kok udah ngaku-ngaku miliknya dia ya ? Lha, yang udah nikah aja ngerti kalo pasangannya itu sebenarnya milik Allah SWT...

Emang iya sih, wanita biasanya lebih terpikat dengan lelaki yang bisa menyakinkan dirinya apabila ntar udah menikah bakal selalu sayang hingga ujung waktu, serta bisa membimbingnya kelak kepada keridhoan Allah SWT. Bukan lelaki yang janji-janji mulu, tanpa berbuat yang nyata, atau lelaki yang gak berani mengajaknya menikah dengan 1001 alasan yang di buat-buat...

Kalo lelaki yang datang serta mengucapkan janjinya itu adalah seseorang yang emang kita kenal taat ibadah, akhlak serta budi pekertinya laksana Rasulullah SAW atau Ali bin Abi Thalib r.a., ini sih gak perlu ditunda jawabannya, cepet-cepet kepala dianggukkan, daripada diambil orang lain, iya gak ? Namun realita yang terjadi, terkadang yang datang itu justru tipe seperti Ramli, Si Raja Chatting, atau malah Arjuna, Si Pencari Cinta, yang hanya mengumbar janji-janji palsu, lalu bagaimana sang wanita bisa percaya dan yakin dengan janjinya ?

Nah...
Berarti masalahnya adalah bagaimana cara kita menjelaskan calon pasangan untuk percaya dengan kita ? Pusying... pusying... gimana caranya ya ? Ih nyantai aja, semua itu telah diatur dalam syariat Islam kok, karena caranya bisa dengan proses ta'aruf. Apa sih yang harus dilakukan dalam ta'aruf ? Apa iya, seperti ucapan janji-janji seperti diatas ?

Ta'aruf sering diartikan 'perkenalan', kalau dihubungkan dengan pernikahan maka ta'aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses khitbah dan pernikahan. Karena itu perbincangan dalam ta'aruf menjadi sesuatu
yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya. Pada tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri, cocok gak ya dengan dirinya. Lalu, apa aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat ta'aruf ?

  1. Keadaan Keluarga

Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga masing-masing, berapa jumlah saudara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Bukan apa-apa, siapa tahu dapat calon suami yang anak tunggal, bokap ama nyokap kaya 7 turunan, sholat dan ibadahnya bagus banget, guanteng abis, lagi kuliah di Jepang (ehm), pokoknya selangit deh ! Kalo ketemu tipe begini, sebelum dia atau mediatornya selesai ngomong langsung kasih kode, panggil ortu ke dalam bentar, lalu bilang "Abi, boljug tuh kaya' ginian jangan dianggurin nih. Moga-moga gak lama lagi langsung dikhitbah ya Bi, kan bisa diajak ke Jepang !" Lho ?

  1. Harapan dan Prinsip Hidup

Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga lho, terutama sang suami karena ia adalah imam dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpin ia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya lempeng atau sradak-sruduk, itu adalah kemahirannya dalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon pasangan kudu tau harapan dan prinsip hidup masing-masing. Misalnya nih, "Jika kau menjadi istriku nanti, harapanku semoga kita semakin dekat kepada Allah" atau "Jika kau menjadi istriku nanti, mari bersama mewujudkan keluarga sakinah, rahmah,mawaddah". Kalo harapan dan janjinya seperti ini, kudu diterima tuh, insya Allah janjinya disaksikan Allah SWT dan para malaikat. Jadi kalo suatu saat dia gak nepatin janji, tinggal dido’akan, "Ya Allah... suamiku omdo nih, janjinya gak ditepatin, coba deh sekali-kali dianya..." hush...! Gak boleh do’akan suami yang gak baik lho, siapa tahu ia-nya khilaf kan ?

  1. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai

Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau apa yang kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami, karena toh udah dijelaskan dari awalnya. Dalam pelayaran bahtera rumah tangga butuh saling pengertian, contoh sederhananya, istri yang suka masakan pedas, sekali-kali masaknya jangan terlalu pedas, karena suaminya kurang suka. Suami yang emang hobinya berantakin rumah karena lama jadi bujangan, setelah menikah mungkin bisa belajar lebih rapi, dll. Semua ini menjadi lebih mudah dilakukan karena telah dijelaskan saat ta'aruf. Namun harus diingat, menikah itu bukan untuk merubah pasangan lho, namun juga lantas bukan bersikap seolah-olah belum menikah. Perubahan sikap dan kepribadian dalam tingkat tertentu wajar aja kan ? Dan juga hendaknya perubahan yang terjadi adalah natural, tidak saling memaksa.

  1. Ketakwaan Calon Pasangan

Apa yang terpenting pada saat ta'aruf ? Yang mestinya menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan lelaki tersebut. Ketakwaan disini adalah ketaatan kepada Allah SWT lho, bukan nilai 'KETAKutan WAlimahAN'. Karena apabila seorang lelaki senang, ia akan menghormati istrinya, dan jika ia tidak
menyenanginya, ia suka berbuat zalim kepadanya. Gimana dong caranya untuk melihat lelaki itu bertakwa atau tidak ? Tanyakan kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga dekat, atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga atau orang yang lebih tua, dan lain-lain. Apalagi bila lelaki itu juga rajin melakukan ibadah sunnah, wah... yang begini ini nih, 'calon suami kesayangan Allah dan mertua'.

Inget lho, ta'aruf hanyalah proses mengenal, belum ada ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang namanya khitbah. Nah kadang jadi 'penyakit' nih, karena alasan "Kan masih mau ta'aruf dulu..." lalu ta'arufnya buanyak buanget, sana-sini dita'arufin. Abis itu jadi bingung sendiri, "Yang mana ya yang mau diajak nikah, kok sana-sini ada kurangnya ?"

Wah, kalo nyari yang mulia seperti Khadijah, setaqwa Aisyah atau setabah Fatimah Az-Zahra, pertanyaannya apakah diri ini pun sesempurna Rasulullah SAW atau sesholeh Ali bin Abi Thalib r.a. ? Nah lho...!!!

Apabila hukum pernikahan seorang laki-laki telah masuk kategori wajib, dan segalanya pun telah terencana dengan matang dan baik, maka ingatlah kata-kata bijak, 'jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan ?'

Ya akhi wa ukhti fillah, Semoga antum segera dipertemukan dengan pasangan hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada air mata yang menetes, semoga itu adalah air mata kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin.

Barakallahulaka barakallahu'alaika wajama'a bainakuma fii khairin.

Wallahu a'lam bishowab

20 Juni, 2011

Konsultasi PraNikah

PROSES TA’ARUF

Saya seorang wanita 23 tahun masih kuliah semester akhir, 2 bulan lalu saya menjalani proses ta’aruf dengan seorang ihwan yang baru mengaji, dari segi akhlak dia sangat baik terutama dengan keluarga, tak ada alasan saya untuk menolak proses ini, karena sikapnya dan agamanya walaupun baru mengaji tapi lebih memahaminya dari saya. Saya menjalani proses ini dengan meminta petunjuk Allah. Saya selalu shalat istikharah ataupun do'anya jika tidak sempat hingga saat ini. Tapi petunjuk Allah tidak datang melalui mimpi, tetapi melalui kemudahan-kemudahan proses ini. Keraguan justru berasal dari diri saya apakah saya pantas mendapat seorang yang sifatnya sabar sedangkan saya seorang yang emosional dan banyak sifat buruk lainnya. Saya khawatir ikhwan ini menyesal dengan pilihannya karena melihat saya hanya dari segi penampilan saya. tapi selama menjalani proses ini keyakinan muncul sedikit demi sedikit kalau dia jodoh saya.

Apakah saya boleh meyakini hal ini saya khawatir ini hanya berdasarkan nafsu untuk menikah?

Lalu apakah saya pantas mendapatkan seorang laki-laki yang baik lagi sopan, sedangkan saya seorang wanita yang keras kepala lagi punya sikap buruk?

Ketika keyakinan itu datang saya meminta ikhwan ini untuk segera menikah dengan saya, tapi dia meminta supaya ditunda hingga saya bisa menyelesaikan skripsi dahulu karena permintaan orang tuanya. Bagaimana proses komunikasi saya dengan dia? Apakah boleh saya chating untuk membahas masalah akad nanti? Pertanyaan/obrolan apa yang dibolehkan, karena saya tidak mau terjebak perangkap syetan? Terima kasih.

JAWABAN

Saudariku yang dicintai Allah SWT, sungguh beruntung Anda mendapatkan seorang calon pendamping yang baik dan sopan. Anda telah mendapatkan sebagian dari nikmat Allah dengan memberikan Anda jodoh yang sholeh.

Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah bersyukur atas nikmat ini dengan cara memperkuat iman dan memperbanyak amal sholeh. Yang kedua adalah menepis keraguan Anda untuk menikah dengannya. Tidak pada tempatnya jika Anda ragu dengan nikmat Allah tersebut karena jika ragu Anda bisa termasuk golongan orang yang kufur nikmat. Nikmat Allah tidak boleh ditolak. Sebab nanti nikmat tersebut bisa berubah menjadi azab.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim ayat 7).

Untuk menepis keraguan Anda, perbaikilah diri Anda segera. Hilangkan sikap keras kepala dan sikap buruk Anda segera. Masih ada waktu untuk berubah sampai saat indah pernikahan tiba. Jika pun sulit untuk berubah, mungkin saja kekuarangan Anda tersebut merupakan kelebihan yang menutupi kekurangannya ketika Anda sudah menikah kelak. Misalnya, orang yang sabar cocok untuk menjadi pendamping orang yang emosional.

Lalu tentang cara komunikasi Anda dengannya karena pernikahan masih lama (menunggu Anda selesai skripsi) adalah tidak usah berhubungan sama sekali kecuali jika ada persoalan yang sangat penting. Jangan tergoda untuk menghubungi dia hanya untuk membahas persoalan sepele, apalagi untuk sekedar menanyakan kabar saja atau isyarat romantisme lainnya. Tidak perlu juga chating untuk membahas persoalan akad nikah jika waktunya masih lama. Hal ini untuk menjaga kebersihan hati Anda dan dia (agar tidak zina hati).

19 Juni, 2011

Nasehat Nikah (2)

UNTUK YANG BELUM/AKAN/SUDAH MENIKAH

Benarkah menikah didasari oleh kecocokan ?? Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng. Kalau sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah (is that simple ??). Itu semua bukan ukuran untuk menikah atau mempertahankan pernikahan.

Tapi Lihatlah Analogi-analogi Berikut

Bilamana sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan,
menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya. Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar. Lalu apa ??

MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya. Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya ??

Harus ada ”Komunikasi dua arah”, ”Ada kerelaan mendengar kritik”, ”Ada keikhlasan meminta maaf”, ”Ada ketulusan melupakan kesalahan dan keberanian untuk mengemukakan pendapat secara JUJUR.”

Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta,
bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil.

MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan dimana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan hanyalah bunga.

Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan berbulan-bulan.

MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda. Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain ?? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan hidup ??

MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk bisa saling “Menerima” dan “Memaafkan”, yang bukan sekedar “Menerima kritikan” atau “Memaafkan kesalahan” semata, akan tetapi “Menerima dan Memaafkan dalam arti yang luas dan mendalam.”

Nasehat Nikah

NASEHAT PERNIKAHAN

Nasehat dan wasiat Umamah binti Al Harits yang ditujukan kepada putrinya pada hari pernikahannya :

Wahai putriku, andai saja nasehat itu tidak berguna bagi orang yang memiliki keutamaan dalam akhlak maupun keturunan yang terhormat, pastilah engkau tidak membutuhkan nasehat. Namun nasehat ini untuk mengingatkan orang yang mungkin lalai, ataupun sebagai bahan pertimbangan bagi seseorang yang berakal.

Wahai putriku, andai saja istri tidak membutuhkan suami karena merasa cukup dengan keberadaan orang tuanya dan kecintaan keduanya yang sangat terhadap putrinya, maka engkaulah orang yang paling tidak membutuhkan pernikahan. Namun sudah kodrat, bahwa wanita dicipta untuk menjadi pasangan pria. Dan sebaliknya, pria tercipta untuk menjadi pasangan wanita.

Wahai putriku, kini, engkau telah meninggalkan lingkunganmu yang dulu dan rumah tempat engkau dibesarkan ke dalam alam yang serba baru bagimu bersama pasangan yang sebelumnya engkau tidak mengenalnya. Maka sejak hari ini, engkau telah menjadi milik seseorang. Jadilah engkau sebaik-baik pelayannya, niscaya ia akan menjadi hamba bagimu.

Wahai putriku, jaga sepuluh perkara yang akan kuberikan kepadamu, niscaya akan menjadi kekayaan berharga dan kenangan bagimu.

Pertama dan Kedua “Temanilah suamimu dengan sifat qana’ah (apa adanya) dan dengar serta patuhilah perintahnya. Sesungguhnya dengan sifat qana’ah, hatimu akan tenang. Dan mendengar serta patuh kepadanya, engakau akan mendapatkan ridha dari Rabb-mu.”

Ketiga dan Keempat ”Jagalah hidung dan matanya. Jangan sampai matanya melihat pada dirimu sesuatu yang tidak menyenangkannya. Atau pun hidungnya mencium darimu, kecuali bau yang harum. Maka celak adalah sebaik-baik hiasan mata dan air cukup untuk menghilangkan bau.”

Kelima dan Keenam ”Ingatlah waktu makannya dan tenanglah ketika tidurnya. Sebab biasanya gejolak lapar akan dapat membakar amarah. Sedangkan kurang tidur akan menimbulkan emosi.”

Ketujuh dan Kedelapan ”Hormati dan pelihara keluarga, anak-anak dan hartanya. Jika engkau dapat menjaga hartanya, pastilah engkau akan mendapatkan kehormatannya. Jika engkau menjaga hak keluarga dan anak-anaknya maka akan membuatnya bersikap baik kepadamu.”

Kesembilan dan Kesepuluh ”Jangan sampai engkau membeberkan rahasianya dan menentang perintahnya. Jika engkau membocorkan rahasianya, jangan harap engkau selamat dari pembalasannya. Jika engkau menentang perintahnya maka engkau akan membuat dadanya bergejolak. Kemudian janganlah engkau bergembira ketika ia sedih ataupun bersedih ketika ia sedang bergembira. Sebab, yang pertama adalah wujud kurangnya perhatianmu. Dan yang kedua akan mengeruhkan hubunganmu dengannya. Upayakan semaksimal mungkin untuk menghormatinya niscaya dia akan memberikan penghormatan untukmu. Seperti itu pula, jadilah engkau sahabat yang paling setia padanya, pastilah dia akan berbuat serupa terhadapmu.”

Ketahuilah wahai putriku, bahwa engkau mustahil mendapatkan cintanya sampai dirimu rela untuk mengalah dan mengutamakan apa yang diinginkannya dari pada harus mengikuti apa yang engkau inginkan.

Semoga Allah Swt selalu memberikan kebaikannya kepadamu dan menjagamu
Aamiiin Allahumma Aamiiin

Cukup ALLAH Bagiku

CATATAN PATAH HATI

Ini hanya sebuah catatan, ehm… catatan patah hati !! jika mendengar kata itu pasti yang terlintas dibenak saya dan kita semua adalah tentang cinta yang kandas, tentang cinta yang putus sampai disini saja, tentang perpisahan, tentang airmata yang berlinang, tentang perihnya hati seperti tersobek-sobek, berdarah-darah, teriris-iris, dan semua yang menyebabkan dunia serasa mengalami kiamat kubro, kata nya “lebih baik sakit gigi daripada sakit hati” hahahha apa iya sih patah hati seperih itu lukanya “tanya aja sama diri sendiri” untuk yang kesekian kalinya hati nurani saya menjerit kejepit.

Hati sanubari saya kadang berputar putar menari nari mencari jawaban kenapa sih cinta yang putus itu diberi judul patah hati, apa tidak ada istilah lain yang lebih indah gitu, misalnya “reinkarnasi cinta” atau “metamorfosis hati”“kepompong basi” hahaha… Pokoknya jangan pake istilah hati yang patah lah, padahal kan sebenarnya gak separah itu bukan ?? Tapi sudahlah, toh apapun istilahnya tetap saja putus kan ?? jadi gak penting lagi istilah yang penting adalah bagaimana ketika cinta itu kandas, ketika cinta itu tak lagi tersambung, ketika cinta itu tidak lagi mau menjadi milik saya, dan ketika si dia tak mau lagi menjadi tempat penitipan hati saya. Jika begini keadaannya maka patah hati sama dengan atau identik dengan airmata, apa iya ?? Gak juga, patah hati itu identik dengan hikmah, coba lihat catatan saya dibawah ini : atau

Ah seharusnya saya bersyukur masih diberi rasa patah ini oleh ALLAH, masih bisa menangis, itu artinya saya masih punya hati kan ?? Bukan hanya sekedar hati, tapi hati yang sensitif, yang lembut dan yang mampu bahagia dan luka, dan airmata yang mengalir ini bisa membersihkan kelopak mata saya yang kusam menjadi bening kembali karena airmata yang berlinang membawa semua kotoran dimata sehingga bening kembali kelopak mata belo milik saya bayangkan kalo kita gak nangis sebulan, apa gak perih tuh mata, menangislah karena mencintai ALLAH pada saat kita sendiri… Airmata ini lebih bernilai pahala daripada nangisin si dia, orang yang ditangisin gak tahu kok kita nangis.

Maka nikmat yang mana lagikah yang sanggup saya pungkiri, bahkan didalam air yang berlinang melalui mata ini, ALLAH menitipkan kasih sayangnya. Kemudian saya mulai berpikir mungkin ada lagi nikmat ALLAH di balik kata patah hati ini, coba bayangkan, pada saat jatuh cinta kemarin mendengar suara telepon si dia lebih indah ditelinga saya dari suara adzan, sms mesra dari sang pujaan hati lebih sering saya baca dan berulang ulang agar lebih mengerti artinya dan lebih bergetar mencintainya, lalu seberapa sering saya membaca ulang sms dan surat cinta, email dari si dia daripada saya membaca surat cinta dari ALLAH yang tertuang lewat Al-Quran… Sungguh cara mencintai yang salah kaprah.

Dan kini setelah tak ada lagi sms darinya, tak ada lagi suara indahnya, hikmah mulai terlihat bahwa dibalik hati yang teriris-iris berdarah-darah ini ALLAH hendak mengembalikan saya kepada cintanya ALLAH, apa ada cinta yang lebih indah dari cinta sang pemilik napas ini ?? Gak ada kan, maka nikmat ALLAH yang mana lagikah yang sanggup saya pungkiri ?? Dibalik patah hati ini ALLAH menyelamatkan saya dari cinta yang salah, sahabat saya bilang “cinta itu berhala jika salah menafsirkan, kita menyembah dan memuja cinta melebihi menyembah dan memuji ALLAH” nauzubillahimindzalik, cinta gak salah sih mungkin hanya tidak tepat ketika saya lebih mencintai sang pujaan hati daripada mencintai ALLAH.

Ketika saya kehilangan si dia, setiap kali saya ingat dia, saya mulai gelisah, keluar keringat dingin, bengong mikirin langit kenapa warnanya biru, padahal sudah dari sananya emang biru warnanya, merasa bahwa hanya saya didunia ini yang hatinya patah, maka saya ingat ucapan guru mengaji saya “Hanya dengan mengingat ALLAH hati menjadi tenang” maka yang saya lakukan kemudian adalah membeli tasbih yang digital agar saya bisa tetap dzikir dimanapun dan kapanpun, jika belum tenang juga saya membaca Al-Quran sehingga selesai patah hati, khatam saya membaca Al-Quran... Sungguh dari patah hati ini ALLAH mengembalikan saya kepadanya, maka nikmat ALLAH yang mana lagikah yang sanggup saya pungkiri. Ditengah patahnya hati, saya khatam Al-Quran dan berdzikir lebih banyak lagi, sehingga kualitas keimanan saya otomatis meningkat.

Ingatlah bahwa ALLAH Maha Membolak-balikan Hati dan keadaan, jika hari ini ALLAH masih menitipkan cinta maka janganlah menjadikan cinta itu berhala dengan memujanya seolah olah dunia ini milik berdua, jumlah sms jadi lebih banyak dari jumlah rakaat shalat, jumlah pulsa telepon jadi lebih banyak dari rupiah yang kita sedekahkan, duduk berduaan ditempat sepi jadi lebih indah dihati daripada duduk tafakur diatas sajadah dan bermesraan dengan ALLAH dan jika ALLAH membolak balikan hati saya dan si dia dari cinta menjadi tak cinta, maka ganti kata patah hati dengan syukur hati karena ALLAH lebih mencintai saya dari pada si dia, terbukti ALLAH mengambil saya untuk dikembalikan kedalam haribaan, limpahan kasih sayang dari kekasih hati yang baru dan selamanya yaitu ALLAH. Siapa sih yang gak mau jadi kekasih ALLAH ?? Tenang, damai, indah, cukup rasanya hidup ini.

Cukup Allah Bagiku

Sungguh nikmat ALLAH yang mana lagikah yang sanggup saya ingkari, bahkan hikmah begitu banyak ketika saya melihat kembali catatan dari gempa akibat patahan bumi, eh gempa dari patahan hati yang kemarin bukan menolak syurga dunia sebelum syurganya ALLAH, tapi ketika saya mencintai manusia melebihi cinta kepada ALLAH, maka tunggulah hingga ALLAH menegur, takut kan ?? Makanya, jangan keterlaluan dan berlebihan.

18 Juni, 2011

Istikharah Cinta

MEMILIH PASANGAN HIDUP

Akibat salah dalam memilih pasangan hidup, banyak pasangan suami istri yang menghadapi kesulitan dan hidupnya malah tidak bahagia, bahkan perceraian dan gonta-ganti pasangan menjadi sesuatu yang sudah biasa dilakukan.

Dewasa ini, begitu banyak kasus pertikaian di dalam sebuah keluarga, dari sekedar konflik yang berbentuk pertengkaran mulut sampai dengan penganiayaan fisik bahkan pembunuhan, yang disebabkan oleh kesalahan langkah awal dalam membentuk rumah tangga.

Iklim pergaulan di masyarakat kita yang memang cenderung permisif dan belum Islami, merupakan penyebab utama yang melahirkan pernikahan sebatas dorongan nafsu semata. Tolak ukur pencarian pasangan hidup jarang yang berorientasi pada nilai-nilai agama. Melainkan seringkali hanya sebatas keindahan fisik, melimpahnya materi dan mulianya status di masyarakat, atau bahkan hanya karena sudah terlanjur cinta yang telah menyebabkan mata hati menjadi buta terhadap kebaikan dan keburukan orang yang dicinta.

Apabila pernikahan terjadi hanya lantaran dorongan “nafsu” semacam itu, maka wajarlah jika banyak pasangan yang bertikai merasa kesulitan menyelesaikan permasalahan rumah tangga mereka secara Islami, lantaran proses pernikahan mereka terjadi begitu saja secara naluriah, tanpa ada landasan nilai-nilai ke-Islaman yang mengawali. Lalu bagaimana mungkin akan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, sedangkan mereka dahulunya tidak berangkat dari keduanya…? Maka memilih pasangan hidup atas dasar nilai-nilai Islam adalah sikap yang penting, dan berhati-hati dalam memilih pasangan hidup menjadi suatu keharusan bagi kita, camkanlah nasehat Luqman Al-Hakim berikut ini :

“Wahai anakku, takutlah terhadap wanita jahat karena dia membuat engkau beruban sebelum masanya. Dan takutlah wanita yang tidak baik karena mereka mengajak kamu kepada yang tidak baik, dan hendaklah kamu berhati-hati mencari yang baik dari mereka.”

Begitu pula untuk wanita berhati-hatilah dalam mencari pasangan siapa yang harus kita pilih. Islam telah mengajarkan dengan cermat atas dasar apa kita harus memilih pasangan hidup kita :

“Dinikahi wanita atas dasar empat perkara: karena hartanya, karena kecantikannya, karena keturunannya, dan karena agamanya. Barangsiapa yang memilih agamanya, maka beruntunglah ia.” (HR. al Bukhari dan Muslim)

Maka jelaslah bagi kita bahwa ada empat dasar dalam menentukan siapa yang layak untuk kita pilih menjadi pasangan hidup kita, yakni kekayaan, keelokan, keturunan serta akhlak dan agama. Dan di antara semuanya, maka akhlak dan agama menjadi jaminan kedamaian dan kebahagiaan, sebaliknya pengabaian bahkan pengingkaran terhadap masalah ini akan menyebabkan fitnah dan kerusakan yang besar bagi para pelakunya. Alangkah indahnya memang bila kesemuanya terkumpul pada diri seseorang hamba Allah.

  1. Kekayaan : Hal ini memang utama, bahkan Rasulullah Saw adalah seorang dermawan yang paling banyak sedekahnya, tetapi pernikahan bukanlah sekedar transaksi perdagangan semata, bahkan Allah mengancam mereka yang menikah semata-mata karena mengharapkan kekayaan dengan kefakiran.

”Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahkannya kecuali kefakiran..” (HR. Ibnu Hibban)

  1. Keelokan : Hal ini juga memang boleh-boleh saja dan menyukai keelokan memang fitrah manusia, bahkan Allah sendiri indah dan menyukai keindahan, tetapi pernikahan pun bukan sekedar kesenangan mata belaka. Sesungguhnya keelokan merupakan karunia Allah kepada hamba-Nya, yang kelak pasti akan diambil-Nya secara perlahan dengan bertambahnya usia sang hamba. Karena memang tidak ada keelokan yang berkekalan di dunia yang fana ini.

“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, sebab kecantikan itu akan lenyap dan janganlah kamu menikahi mereka karena hartanya, sebab harta itu akan membuat dia sombong. Akan tetapi nikahilah mereka karena agamanya, sebab seorang budak wanita yang hitam dan beragama itu lebih utama.” (HR. Ibnu Majah)

  1. Keturunan : Demikian pula hal ini juga sesuatu yang utama, tetapi pernikahan pun bukan sekedar kebanggaan silsilah yang justru bisa membawa kepada penyakit ”ashobiyah”. Bahkan Allah mengancam mereka yang menikahi seseorang hanya untuk mengejar keturunan, dengan memberikan kerendahan bukan kemuliaan.

“Barangsiapa yang menikahi wanita karena keturunannya, Allah tidak akan menambahkan kecuali kerendahan…” (HR. Ibnu Hibban)

  1. Akhlak dan agama : Inilah faktor yang paling utama, yang tidak boleh tidak, harus ada pada calon pasangan hidup kita. Semakin baik akhlak dan agama seseorang, maka seakan-akan semakin jelaslah kebahagiaan sebuah rumah tangga telah terbentang dihadapan kita. Akhlak dan agama disini bukanlah sebatas ilmu dan retorika atau banyaknya hapalan di kepala, melainkan mencakup ucapan dan perbuatan sebagai cerminan dari hati seseorang yang telah melekat dalam kepribadiannya, dan inilah TAQWA yang sebenarnya!.

Betapa beruntungnya menikah dengan hamba yang bertaqwa, karena ia pandai menghormati pasangan hidupnya dan sangat berhati-hati dari menzhaliminya, sebagaimana jawaban Hasan bin Ali ketika ada seseorang yang bertanya. “Aku mempunyai anak gadis, menurutmu kepada siapa aku harus menikahkannya?” Maka Hasan menjawab, ”Nikahkanlah ia dengan lelaki yang bertaqwa kepada Allah. Jika lelaki itu mencintainya, maka ia akan menghormatinya, dan jika marah maka ia tidak akan menzhaliminya.”

Dan sebaliknya penolakan terhadap lelaki atau wanita yang bertaqwa, bagaikan menolak kebaikan dan menggantinya dengan kerusakan. Simaklah kedua hadits berikut ini :
“Jika datang seorang laki-laki kepadamu (untuk melamar), sedang kau tahu ia baik akhlak dan agamanya lalu kau tolak, maka jadilah fitnah buatmu dan kerusakan yang besar.” (HR. Ibnu Majah)

“Apabila telah datang kepadamu seorang wanita yang agama dan akhlaknya baik maka nikahilah dia. Jika engkau menikahi wanita bukan atas dasar agama dan akhlak, maka wanita itu akan menjadi fitnah dan menimbulkan kerusakan luas.” (HR. At Tirmidzi).

Akhirnya pernikahan yang ideal sesungguhnya merupakan keseimbangan dari semua faktor tersebut, dengan akhlak dan agama sebagai parameter yang paling penting, karena itu dalam memilih pasangan hidup, jangan sampai niatan kita hanya sekedar mencari kecantikan atau keturunan atau harta saja dengan meninggalkan kriteria taqwa, sehingga tidak ada keberkahan yang akan kita dapatkan dalam rumah tangga kita kelak.

“Barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, Allah tidak akan menambahkannya kecuali kafakiran. Barangsiapa yang mengawini wanita karena untuk memejamkan pandangannya, menjaga kemaluannya serta menjalin tali persaudaraan, niscaya Allah memberkahinya.” (HR. Ibnu Hibban)

Dia Untukku...?

ISTIKHARAH CINTA

Memilih pasangan hidup memang harus hati-hati. Bibit bobot bebet bukan hanya sekedar nasehat tidak penting dari orang tua. Itu sesuatu yang harus dipertimbangkan.

Tapi ada beberapa hal simple yang bisa membantu kita dalam tahap pendekatan awal untuk bisa mempertimbangkan apakah orang ini layak diperjuangkan untuk menjadi kandidat pasangan kita kedepan nanti :

  1. BAGAIMANA REPUTASINYA
Seringkali kita bermimpi "untuk mengubah seorang yang liar menjadi orang yang baik hati", namun mimpi itu tidak selalu menjadi kenyataan. Karena itu, jika reputasi orang yang kita sukai itu sangat buruk di luar sana, kita sebaiknya berhati-hati dan berpikir dua kali atau mungkin tiga kali.

  1. KENALI SETIAP PERCAKAPAN DENGANNYA
Dalam setiap percakapan, yang penting untuk kita ketahui ialah apakah ia seorang "pecinta diri sendiri" atau bukan. Jika ia tipe yang selalu fokus pada dirinya ketimbang pada kita, ini tanda kurang baik, terutama jika kita ingin serius dengannya di kemudian hari.

  1. KETAHUI SEJARAH PERCINTAANNYA
Apakah calon kita ini terkenal sebagai si tukang gonta ganti pacar. Jika mantan pacarnya ada 12 padahal umurnya baru 23 tahun, kita benar-benar harus hati-hati, karena itu berarti dia bermasalah dengan satu kata yang berjudul ”komitmen”. Bisa-bisa kita hanya akan menjadi "pacar nomor 13" untuknya.

  1. APAKAH KITA NYAMAN BERSAMANYA
Ada orang yang kita sukai tapi membuat kita sendiri tidak nyaman. Mungkin karena bahasanya yang kasar, cara berpakaiannya yang ”jujur saja” membuat malu, atau tingkah lakunya yang kadang tidak sopan. Jika ya, lebih baik pikir-pikir dulu untuk menjadikan dia calon suami/istri.

  1. BAGAIMANA DIA DAN KELUARGANYA
Bagaimana ia memperlakukan keluarganya dan bagaimana ia berhubungan dengan saudara-saudaranya adalah hal penting yang disimak. Peringatan besar muncul jika orang yang anda sukai suka memusuhi adiknya sendiri atau kasar pada orang tuanya.

  1. SADARI PENGARUH KEHADIRANNYA PADA KEROHANIAN ANDA
Ini poin yang paling penting. Sebelum kita dan si dia memulai hubungan yang lebih serius, kita harus mulai bisa menilai dari berbagai sisi, apakah kehadiran orang istimewa kita itu memberi pengaruh baik bagi kerohanian kita atau tidak. Apakah kehadirannya membuat kita rajin berdoa atau malah jadi malas berdoa sama sekali...? Apakah bersamanya membuat kita jadi jatuh dalam dosa atau tidak...?

Poin utamanya ialah, bersama dengan dirinya harus membuat hidup rohani kita naik dan bukan turun...!! Jika bersama dengannya membuat rohani kita menjadi lemah, tinggalkan saja dia jangan bersamanya.

  1. BAYANGKAN YANG JAUH KEDEPAN
Maksudnya, kita harus mulai punya bayangan sebuah pernikahan dengan dirinya. Jika membayangkan untuk menjadi istri/suaminya saja membuat kita merasa aneh, jangan lanjutkan. Bayangkan juga apakah ia bisa menjadi ayah/ibu yang baik bagi anak-anak kita nanti. Kalau sikap dan karakternya sangat meragukan untuk itu, berarti ini sebuah lampu merah untuk kita.

  1. ORANG LAIN HARUS DIHARGAI
Pendapat orang tua, pendapat sahabat, pendapat pimpinan, harus kita dengarkan. Biasanya mereka yang sudah "buta oleh cinta" tidak bisa melihat segala sesuatu dengan objektif. Karena itu pendapat orang penting dipertimbangkan. Jika semua orang terdekat berkata tidak, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan kembali keputusan anda.

  1. TANYA ALLAH SWT DALAM SHOLAT ISTIKHARAH
Terakhir tapi yang sangat penting, adalah bertanya kepada ALLAH SWT, Dzat Yang Maha Mengetahui hal yang ghaib. Mintalah jawaban TERBAIK dari-NYA. Percayakan hal yang kita tidak tahu tentang itu (jodoh) hanya kepada Allah SWT. DIA tahu yang TERBAIK.

Tidak menyesal orang yang beristikharah kepada Al-Khaliq dan bermusyawarah dengan orang-orang mukmin dan berhati-hati dalam menangani persoalannya.

Jika hampir semua dari 9 hal sederhana di atas mengarah ke sesuatu yang negatif tentang orang yang kita sukai tersebut, mengapa harus pusing lagi...? Orang-orang sekeliling kita boleh menyebarkan kebohongan bahwa "kita harus punya calon!!". Padahal tidak. Begitu banyak perceraian yang terjadi karena kebohongan ini.

Mereka memaksakan diri berta'aruf dengan orang yang salah hanya karena ingin punya calon dan akhirnya menikahi orang salah itu. Dan penyesalan hanya datang kemudian, "andai aku lebih berhati-hati waktu ta'aruf dulu".

Karena itu, tidak ada salahnya bagi kita untuk MENUNGGU sampai orang yang terbaik dari ALLAH SWT itu datang menjemput kita...

About Jodoh

JODOH SEJATI

Jodoh adalah hal yg ghaib, tetapi ketika manusia bisa menjalani nilai-nilai kefitrahan, maka dia akan ditunjukkan jodohnya. Meski orang yang kita ketahui sebagai jodoh kita juga belum tentu mau kita ajak menikah. Semua tidak seperti angan-angan kita hanya dengan sholat Istikharah kemudian "seolah-olah" kita diberi petunjuk untuk menentukan jodoh kita. Padahal keputusan itu produk dari hati atau nafsu kita, karena memang kita sudah ada rasa suka dengan orang yang kita maksud. Nah, ketika kita menjalaninya sampai pada tahap pernikahan kemudian terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan, akhirnya kita menyalahkan Allah, padahal ini bukan pilihan-NYA, karena ketika memilih pilihan (jodoh) kondisi kita masih diliputi nafsu, dan pilihan itu adalah murni dari pilihan (nafsu) kita sendiri.

Jadi, bukan ajaran Shalat Istikharahnya yang kurang benar, tetapi hal ini murni dari ketidaksiapan kita dalam menata hati, rasa, dan nafsu kita untuk dapat “Menjemput Opini Allah Swt”, sehingga tidaklah layak kita bernegative thinking kepada Allah, yang mana sejatinya kitalah yang kurang bisa menjalankannya secara benar. Sebenarnya jodoh itu tidak perlu diterawang, diramal, atau dengan pengasihan, pelet, dan sebagainya. Jika kita berjalan sesuai fitrahnya dan belajar akan kepasrahan kepada Allah dengan benar, maka justru kita akan semakin akurat dalam menentukan jodoh sebagai pendamping hidup.

Jodoh itu bukan menyatukan dua hati yang berbeda, tetapi menyatukan satu hati yang terbelah menjadi dua. Sehingga kekurangan dari yang satu, yang satunya lagi bisa membantu dan melengkapi. Jadi dalam jodohpun masing-masing memiliki tugas yang mesti ditanggungnya sendiri-sendiri sesuai fitrahnya/jatah tugas sebagai apa kedudukannya, apakah sebagai istri atau sebagai suami (kalau memang jodoh itu telah dapat bersatu didalam tali ikatan pernikahan). Dan semua diikrarkan serta disumpahkan dihadapan Allah.

Sehingga cinta atas dasar raga, rasa, jiwa, sukma hingga cinta dalam hidupnya semua disujudkan pada Allah. Oleh karena itu cintaku untuk istri/suami adalah refleksi dari cintaku kepada Allah, cintaku kepada anak-anakku adalah manifestasi cintaku kepada Allah. Nah, bila sudah seperti itu diharapkan tidak ada perselingkuhan, atau penganiayaan maupun saling menyalahkan dari keduanya, karena semua terwujud atas dasar menjalankan kewajiban hanya untuk Allah.

Kenapa tidak semua manusia diberitahu tentang rahasia jodoh...? Jawabannya sangat simpel, yaitu : tidak semua manusia siap dan mau menjalani dengan jodoh yang sebenarnya. Makanya hanya orang-orang dalam kondisi fitrahlah yang akan ditunjukkan tentang rahasia jodoh, mengapa demikian...? Karena orang-orang dengan kefitrahan akan lebih mampu menerima jodohnya apa adanya, sesuai fitrah/jatah yang mesti dia peroleh, dan inilah yang disebut RAHMAT Allah. Rahmat Allah bagi orang-orang yang mengutamakan nilai fitrah sebagai sandaran hidup adalah bukan sesuatu yang berujud kesenangan ataupun keindahan saja namun apapun itu bentuknya, apapun itu wujudnya kalau itu rahmat dari Allah semua baik dan benar adanya, demikian juga dengan JODOH.

Siapkah kita menjalankan kodrat dan takdir sebagai manusia yang bersandar pada nilai fitrah disetiap perjalanan hidup kita...? Dan siapkah kita menerima jodoh pilihan Allah meski tak selamanya pilihan Allah sesuai dengan selera kita...? Coba tanyakan kepada diri kita, sebelum Allah akan mengkabulkan permintaan kita untuk mengerti jodoh kita yang sesungguhnya.

Mengapa setelah Istikharah belum mendapat jawaban...?

Jika masih tiada petunjuk apa-apa, usahakan satu hingga tiga malam. Jika tiada juga, bolehlah diambil langkah mengikut pertimbangan sendiri atau boleh kita minta pendapat dari orang-orang alim.

Cara KEDUA, menggunakan akal fikiran yang Allah bekalkan kepada kita. Caranya :

  1. Buat pertimbangan sendiri. Fikirkan pro dan kontranya dari banyak sudut. Kita sendiri lebih tahu situasi kita berbanding orang lain.
  2. Minta pendapat orang tua-tua, orang-orang soleh, sahabat dekat, dan kerabat dekat yang bisa dipercaya.
  3. Berbicara dengan teman kita itu jika takut dan ingin aman dari fitnah. Sambil mencari jalan, sambil mengetahui pribadinya.

Gabungan ketiga cara ini insyaallah akan menghasilkan satu kesimpulan dalam diri kita, sampai ada jodoh kita sudah waktunya ataupun belum.

Berhasil ataupun tidak sesuatu urusan itu, tidak ada siapa pun yang tahu. Tidak ada yang mampu memberi jawaban. Kita manusia yang serba lemah hanya mampu merancang dan menjalankan. Hasilnya tetap berada di tangan Allah. Yang penting, kita jangan mengabaikan IKHTIAR. Kedua kaedah yang dijelaskan di atas tadi termasuk ke dalam ikhtiar. Allah suka orang yang berikhtiar. Apabila kita berikhtiar bersungguh-sungguh, pasti Allah memberikan yang terbaik buat kita. Apa yang sedang usahakan kini sebenarnya termasuk dalam ikhtiar.

Kita tahu, perjodohan ini bukan perkara yang mudah. Ia akan mempengaruhi susah senang bahagia derita kita pada masa akan datang. Sebab itulah jika kita sebentar yakin sebentar ragu. Itu memang kebiasaan, memang fitrah. Orang lain pun umumnya begitu juga.

Satu petuah, jadikan diri kita orang yang sholeh/sholehah, Allah akan hadirkan jodoh yang sesuai dengan iman kita.

 

Blog Template by YummyLolly.com