19 Juni, 2011

Nasehat Nikah (2)

UNTUK YANG BELUM/AKAN/SUDAH MENIKAH

Benarkah menikah didasari oleh kecocokan ?? Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng. Kalau sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah (is that simple ??). Itu semua bukan ukuran untuk menikah atau mempertahankan pernikahan.

Tapi Lihatlah Analogi-analogi Berikut

Bilamana sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan,
menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya. Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar. Lalu apa ??

MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya. Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya ??

Harus ada ”Komunikasi dua arah”, ”Ada kerelaan mendengar kritik”, ”Ada keikhlasan meminta maaf”, ”Ada ketulusan melupakan kesalahan dan keberanian untuk mengemukakan pendapat secara JUJUR.”

Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta,
bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil.

MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan dimana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan hanyalah bunga.

Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan berbulan-bulan.

MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda. Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain ?? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan hidup ??

MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk bisa saling “Menerima” dan “Memaafkan”, yang bukan sekedar “Menerima kritikan” atau “Memaafkan kesalahan” semata, akan tetapi “Menerima dan Memaafkan dalam arti yang luas dan mendalam.”

0 komentar:

 

Blog Template by YummyLolly.com