11 Agustus, 2011

about LOVE

Jagalah Hati Kita

”Cintailah orang yang engkau cintai itu sekedarnya saja, sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang engkau benci, dan bencilah orang yang tidak engkau sukai itu sekedarnya saja sebab barangkali suatu hari dia akan menjadi orang yang kamu cintai” (HR. Tirmidzi)

Yang mendorong saya untuk menyampaikan hadits ini adalah keprihatinan saya atas kondisi cinta anak muda saat ini. Mereka begitu mencintai seorang yang disebut pacar dengan sangat berlebihan. Mereka bisa memberikan segalanya pada kekasihnya, apapun yang dimintanya termasuk sesuatu yang tidak seharusnya diberikan, dengan dalih CINTA.

Semua itu sangat mungkin akan berujung pada penyesalan panjang. Padahal pacar itu belum tentu akan menjadi orang yang sah menjadi istri atau suaminya nanti. Jika ada yang mengatakan pasti, berarti dia telah mendahului takdir Allah. Nah, kalau sudah begini, apa tidak berpeluang membuat Allah marah..?? ”Lah kok sok tahu banget, emang Tuhannya siapa..??” kata Allah (dengan bahasa kita tentunya). Jika Allah marah, kemudian Dia merubah perasaan masing-masing yang semula cinta menjadi benci, apa yang akan terjadi...?? Sakit hati, ya toh..?? Mudah bagi Allah untuk merubah apa yang ada di dalam hati hambaNya, karena Dia adalah Muqallibal Qulub, Sang Maha Pembolak-balik Hati.

Sudahlah sobat, kalau belum waktunya gak usah ngasih cinta yang gede-gede. Lagian ngapain kita ngasih cinta pada orang yang gak seharusnya kita kasih..?? Cinta kita terlalu suci untuk dibagi pada seorang yang tidak jelas, apakah dia takdir kita atau bukan. Cinta itu hanya boleh ada setelah akad nikah, atau minimal beberapa hari sebelumnya untuk lebih memantapkan hati pada pilihan.

~Wallahu a’lam bishshawab~

CintaNya...

Kasih Sayang
ALLAH SWT

Apa sebabnya hati tertutup..?? Itu karena terlalu banyak hal yang kita khawatirkan, coba kalau kita mau jujur sama diri sendiri, semua hal yang kita khawatirkan itu bersifat duniawi semata, semua (ingat SEMUA)..!!

Contohnya nih ya, kayak lagu Mulan yang liriknya “..bukannya aku takut akan kehilangan dirimu, tapi aku takut kehilangan cintamu..”

Siapa yang bisa menjamin dia gak akan kehilangan cinta pacarnya..?? Gak ada kan... Apa jadinya kalau dia benar-benar kehilangan..?? Hal-hal begitu gak seharusnya kita khawatirkan. Percaya deh, sebaik-baiknya manusia, mereka gak akan bisa benar-benar memahami kita, gak akan paham betul apa yang terbaik untuk kita. Cuma Allah yang tahu apa yang terbaik untuk kita, cuma Allah yang paham betul perasaan kita dan kebutuhan hati kita. Semua yang terjadi sama kita, seberat apapun saat itu yang kita rasain, kita cuma perlu sabar. Karena cuma waktu yang bisa membuktikan bahwa segala yang terjadi itu adalah yang terbaik untuk kita.

Allah tuuh baiiiik banget. Ia dengan caraNya sendiri gak akan membiarkan kita tersandung lalu jatuh. Tapi kalau kita jatuh, itu atas kemauan kita sendiri. Sedangkan kalau kita sigap menahan dengan kaki satu lagi, Insya Allah kita gak akan jatuh. Justru kita jadi tau bahwa dijalan itu ada lubangnya. Jadi kita bakal hati-hati untuk selanjutnya. Jadi khawatir bukan untuk masalah itu, tapi khawatir, bisa gak hati kita terbuka untuk menerima hikmah atas masalah yang ada..?? Kedewasaan dan pembelajaran itu sendiri butuh proses, proses itu adalah waktu, dan kapan waktu terbaik itu sudah ditakdirkan Allah buat kita. Semakin terbuka hati kita menerima, akan semakin banyak kita mengerti, semakin cepat kita pahami, dan semakin ringan masalah itu terlewati.

01 Juli, 2011

Tulang Rusuk Takkan Tertukar

TULANG RUSUK TAKKAN TERTUKAR

Kau bilang, “ana akan ta’aruf dengan ukhti beberapa tahun lagi ketika ukhti sudah lulus”...

(aku bilang) "Buat apa kau katakan itu skrg akhi...?Jika belum siap adalah jawabannya,, lalu kenapa harus kau katakan rencanamu itu padaku... Tidak taukah engkau,, kata2mu itu bisa menggoyahkan kekokohan iman yang sedang susah payah ku bangun.."

Lalu ketika kau bilang, “ana ingin jaga hati ana untuk ta’aruf dengan ukhti nanti”

(aku bilang) "Lantas, apakah dgn kau bilang begitu dan sering menelfonku itu artinya tidak mengotori hatimu?Kau memang sudah seharusnya menjaga hatimu sampai tiba waktunya nanti untuk kau berikan seutuhnya kepada wanita yang berhak.. tapi kan belum tentu wanita itu aku..."

Ketika kau bilang “ati2 ya di sana.. jaga diri baik2..”

(aku bilang) "Bukannya aku ga suka diperhatiin dan dijagain... Tp cukuplah Allah yg menjagaku... Dan tanpa kau bilang begitu pun aku akan berhati2 di sini dan menjaga diriku dengan baik untuk suamiku nanti.. dan itu belum tentu kau.."

Ketika kau bilang “ana harap ukhti tidak ta’aruf dengan org lain sebelum ana"

(aku bilang) "Kurang jelaskah jawabanku,, aku tidak bisa menjanjikan apa pun.. karena aku tak tau apa yang akan terjadi padaku nanti..."

Sebuah kutipan yang perlu kau ketahui :

Wahai akhwat, jika datang kepadamu laki-laki baik-baik yang melamarmu, maka bisa jadi dialah pangeranmu.

Wahai ikhwan, jika gadis pujaanmu telah dilamar orang, maka lupakanlah. Karena bisa jadi dia bukan permaisurimu.

Aku yakin kau tahu janji Allah... laki-laki yang baik hanya untuk wanita yang baik...

Maka kalau memang nantinya kita tak berjodoh,, ya itu artinya barangkali aku tak cukup baik untukmu... pastinya ada wanita lain yang baik untukmu...

Dan yakinlah... kalau memang aku bukan tulang rusukmu,, maka apa yang kau rencanakan itu tak akan pernah terjadi...

Dan jika aku ini tulang rusukmu, maka tanpa kau minta aku untuk tidak ta’aruf dengan orang lain pun, aku akan tetap jadi pendampingmu...

Karena ku yakin,, tulang rusuk tidak akan tertukar

Panduan Ta'aruf

TA’ARUF

Jika seorang lelaki ingin menarik hati seorang wanita, biasanya yang ditebarkan adalah berjuta-juta kata puitis bin manis, penuh janji-janji untuk memikat hati, "Jika kau menjadi istriku nanti, percayalah aku satu-satunya yang bisa membahagiakanmu" atau "Jika kau menjadi istriku nanti, hanya dirimu di hatiku" dan "bla...bla...bla...", sang wanita pun tersipu malu, hidungnya kembang kempis, sambil menundukkan kepala,
"Aih...aih... abang bisa aja". Onde mande, rancak bana !!! (halahh...berlebihaan whekekeke)…

Lidah yang biasanya kelu untuk berbicara saat bertemu gebetan, tiba-tiba jadi luwes, kadang dibumbui 'ancaman' hanya karena keinginan untuk mendapatkan doi seorang. Kalo ada yang coba-coba main mata ama si doi, "Jangan macem-macem lu, gue punya nih!" Amboi, belum dinikahi kok udah ngaku-ngaku miliknya dia ya ? Lha, yang udah nikah aja ngerti kalo pasangannya itu sebenarnya milik Allah SWT...

Emang iya sih, wanita biasanya lebih terpikat dengan lelaki yang bisa menyakinkan dirinya apabila ntar udah menikah bakal selalu sayang hingga ujung waktu, serta bisa membimbingnya kelak kepada keridhoan Allah SWT. Bukan lelaki yang janji-janji mulu, tanpa berbuat yang nyata, atau lelaki yang gak berani mengajaknya menikah dengan 1001 alasan yang di buat-buat...

Kalo lelaki yang datang serta mengucapkan janjinya itu adalah seseorang yang emang kita kenal taat ibadah, akhlak serta budi pekertinya laksana Rasulullah SAW atau Ali bin Abi Thalib r.a., ini sih gak perlu ditunda jawabannya, cepet-cepet kepala dianggukkan, daripada diambil orang lain, iya gak ? Namun realita yang terjadi, terkadang yang datang itu justru tipe seperti Ramli, Si Raja Chatting, atau malah Arjuna, Si Pencari Cinta, yang hanya mengumbar janji-janji palsu, lalu bagaimana sang wanita bisa percaya dan yakin dengan janjinya ?

Nah...
Berarti masalahnya adalah bagaimana cara kita menjelaskan calon pasangan untuk percaya dengan kita ? Pusying... pusying... gimana caranya ya ? Ih nyantai aja, semua itu telah diatur dalam syariat Islam kok, karena caranya bisa dengan proses ta'aruf. Apa sih yang harus dilakukan dalam ta'aruf ? Apa iya, seperti ucapan janji-janji seperti diatas ?

Ta'aruf sering diartikan 'perkenalan', kalau dihubungkan dengan pernikahan maka ta'aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses khitbah dan pernikahan. Karena itu perbincangan dalam ta'aruf menjadi sesuatu
yang penting sebelum melangkah ke proses berikutnya. Pada tahapan ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri, cocok gak ya dengan dirinya. Lalu, apa aja sih yang mesti diungkapkan kepada sang calon saat ta'aruf ?

  1. Keadaan Keluarga

Jelasin ke calon pasangan tentang anggota keluarga masing-masing, berapa jumlah saudara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Bukan apa-apa, siapa tahu dapat calon suami yang anak tunggal, bokap ama nyokap kaya 7 turunan, sholat dan ibadahnya bagus banget, guanteng abis, lagi kuliah di Jepang (ehm), pokoknya selangit deh ! Kalo ketemu tipe begini, sebelum dia atau mediatornya selesai ngomong langsung kasih kode, panggil ortu ke dalam bentar, lalu bilang "Abi, boljug tuh kaya' ginian jangan dianggurin nih. Moga-moga gak lama lagi langsung dikhitbah ya Bi, kan bisa diajak ke Jepang !" Lho ?

  1. Harapan dan Prinsip Hidup

Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga lho, terutama sang suami karena ia adalah imam dalam suatu keluarga. Sebagai pemimpin ia laksana nahkoda sebuah bahtera, mau jalannya lempeng atau sradak-sruduk, itu adalah kemahirannya dalam memegang kemudi. Karena itu setiap calon pasangan kudu tau harapan dan prinsip hidup masing-masing. Misalnya nih, "Jika kau menjadi istriku nanti, harapanku semoga kita semakin dekat kepada Allah" atau "Jika kau menjadi istriku nanti, mari bersama mewujudkan keluarga sakinah, rahmah,mawaddah". Kalo harapan dan janjinya seperti ini, kudu diterima tuh, insya Allah janjinya disaksikan Allah SWT dan para malaikat. Jadi kalo suatu saat dia gak nepatin janji, tinggal dido’akan, "Ya Allah... suamiku omdo nih, janjinya gak ditepatin, coba deh sekali-kali dianya..." hush...! Gak boleh do’akan suami yang gak baik lho, siapa tahu ia-nya khilaf kan ?

  1. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai

Dari awal sebaiknya dijelasin apa yang disukai, atau apa yang kurang disukai, jadinya nanti pada saat telah menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami, karena toh udah dijelaskan dari awalnya. Dalam pelayaran bahtera rumah tangga butuh saling pengertian, contoh sederhananya, istri yang suka masakan pedas, sekali-kali masaknya jangan terlalu pedas, karena suaminya kurang suka. Suami yang emang hobinya berantakin rumah karena lama jadi bujangan, setelah menikah mungkin bisa belajar lebih rapi, dll. Semua ini menjadi lebih mudah dilakukan karena telah dijelaskan saat ta'aruf. Namun harus diingat, menikah itu bukan untuk merubah pasangan lho, namun juga lantas bukan bersikap seolah-olah belum menikah. Perubahan sikap dan kepribadian dalam tingkat tertentu wajar aja kan ? Dan juga hendaknya perubahan yang terjadi adalah natural, tidak saling memaksa.

  1. Ketakwaan Calon Pasangan

Apa yang terpenting pada saat ta'aruf ? Yang mestinya menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan lelaki tersebut. Ketakwaan disini adalah ketaatan kepada Allah SWT lho, bukan nilai 'KETAKutan WAlimahAN'. Karena apabila seorang lelaki senang, ia akan menghormati istrinya, dan jika ia tidak
menyenanginya, ia suka berbuat zalim kepadanya. Gimana dong caranya untuk melihat lelaki itu bertakwa atau tidak ? Tanyakan kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, tetangga dekat, atau sahabatnya tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya tentang sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, atau pula gimana sikapnya kepada tetangga atau orang yang lebih tua, dan lain-lain. Apalagi bila lelaki itu juga rajin melakukan ibadah sunnah, wah... yang begini ini nih, 'calon suami kesayangan Allah dan mertua'.

Inget lho, ta'aruf hanyalah proses mengenal, belum ada ikatan untuk kelak pasti akan menikah, kecuali kalau sudah masuk proses yang namanya khitbah. Nah kadang jadi 'penyakit' nih, karena alasan "Kan masih mau ta'aruf dulu..." lalu ta'arufnya buanyak buanget, sana-sini dita'arufin. Abis itu jadi bingung sendiri, "Yang mana ya yang mau diajak nikah, kok sana-sini ada kurangnya ?"

Wah, kalo nyari yang mulia seperti Khadijah, setaqwa Aisyah atau setabah Fatimah Az-Zahra, pertanyaannya apakah diri ini pun sesempurna Rasulullah SAW atau sesholeh Ali bin Abi Thalib r.a. ? Nah lho...!!!

Apabila hukum pernikahan seorang laki-laki telah masuk kategori wajib, dan segalanya pun telah terencana dengan matang dan baik, maka ingatlah kata-kata bijak, 'jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan ?'

Ya akhi wa ukhti fillah, Semoga antum segera dipertemukan dengan pasangan hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada air mata yang menetes, semoga itu adalah air mata kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin.

Barakallahulaka barakallahu'alaika wajama'a bainakuma fii khairin.

Wallahu a'lam bishowab

20 Juni, 2011

Konsultasi PraNikah

PROSES TA’ARUF

Saya seorang wanita 23 tahun masih kuliah semester akhir, 2 bulan lalu saya menjalani proses ta’aruf dengan seorang ihwan yang baru mengaji, dari segi akhlak dia sangat baik terutama dengan keluarga, tak ada alasan saya untuk menolak proses ini, karena sikapnya dan agamanya walaupun baru mengaji tapi lebih memahaminya dari saya. Saya menjalani proses ini dengan meminta petunjuk Allah. Saya selalu shalat istikharah ataupun do'anya jika tidak sempat hingga saat ini. Tapi petunjuk Allah tidak datang melalui mimpi, tetapi melalui kemudahan-kemudahan proses ini. Keraguan justru berasal dari diri saya apakah saya pantas mendapat seorang yang sifatnya sabar sedangkan saya seorang yang emosional dan banyak sifat buruk lainnya. Saya khawatir ikhwan ini menyesal dengan pilihannya karena melihat saya hanya dari segi penampilan saya. tapi selama menjalani proses ini keyakinan muncul sedikit demi sedikit kalau dia jodoh saya.

Apakah saya boleh meyakini hal ini saya khawatir ini hanya berdasarkan nafsu untuk menikah?

Lalu apakah saya pantas mendapatkan seorang laki-laki yang baik lagi sopan, sedangkan saya seorang wanita yang keras kepala lagi punya sikap buruk?

Ketika keyakinan itu datang saya meminta ikhwan ini untuk segera menikah dengan saya, tapi dia meminta supaya ditunda hingga saya bisa menyelesaikan skripsi dahulu karena permintaan orang tuanya. Bagaimana proses komunikasi saya dengan dia? Apakah boleh saya chating untuk membahas masalah akad nanti? Pertanyaan/obrolan apa yang dibolehkan, karena saya tidak mau terjebak perangkap syetan? Terima kasih.

JAWABAN

Saudariku yang dicintai Allah SWT, sungguh beruntung Anda mendapatkan seorang calon pendamping yang baik dan sopan. Anda telah mendapatkan sebagian dari nikmat Allah dengan memberikan Anda jodoh yang sholeh.

Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah bersyukur atas nikmat ini dengan cara memperkuat iman dan memperbanyak amal sholeh. Yang kedua adalah menepis keraguan Anda untuk menikah dengannya. Tidak pada tempatnya jika Anda ragu dengan nikmat Allah tersebut karena jika ragu Anda bisa termasuk golongan orang yang kufur nikmat. Nikmat Allah tidak boleh ditolak. Sebab nanti nikmat tersebut bisa berubah menjadi azab.

"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim ayat 7).

Untuk menepis keraguan Anda, perbaikilah diri Anda segera. Hilangkan sikap keras kepala dan sikap buruk Anda segera. Masih ada waktu untuk berubah sampai saat indah pernikahan tiba. Jika pun sulit untuk berubah, mungkin saja kekuarangan Anda tersebut merupakan kelebihan yang menutupi kekurangannya ketika Anda sudah menikah kelak. Misalnya, orang yang sabar cocok untuk menjadi pendamping orang yang emosional.

Lalu tentang cara komunikasi Anda dengannya karena pernikahan masih lama (menunggu Anda selesai skripsi) adalah tidak usah berhubungan sama sekali kecuali jika ada persoalan yang sangat penting. Jangan tergoda untuk menghubungi dia hanya untuk membahas persoalan sepele, apalagi untuk sekedar menanyakan kabar saja atau isyarat romantisme lainnya. Tidak perlu juga chating untuk membahas persoalan akad nikah jika waktunya masih lama. Hal ini untuk menjaga kebersihan hati Anda dan dia (agar tidak zina hati).

19 Juni, 2011

Nasehat Nikah (2)

UNTUK YANG BELUM/AKAN/SUDAH MENIKAH

Benarkah menikah didasari oleh kecocokan ?? Kalau dua-duanya doyan musik, berarti ada gejala bisa langgeng. Kalau sama-sama suka sop buntut berarti masa depan cerah (is that simple ??). Itu semua bukan ukuran untuk menikah atau mempertahankan pernikahan.

Tapi Lihatlah Analogi-analogi Berikut

Bilamana sepasang sandal yang hanya punya aspek kiri dan kanan,
menikah adalah persatuan dua manusia, pria dan wanita. Dari anatomi saja sudah tidak sebangun, apalagi urusan jiwa dan hatinya. Kecocokan, minat dan latar belakang keluarga bukan jaminan segalanya akan lancar. Lalu apa ??

MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan untuk memasukinya diperlukan pelaku yang kuat dan berani. Berani menghadapi masalah yang akan terjadi dan punya kekuatan untuk menemukan jalan keluarnya. Kedengarannya sih indah, tapi kenyataannya ??

Harus ada ”Komunikasi dua arah”, ”Ada kerelaan mendengar kritik”, ”Ada keikhlasan meminta maaf”, ”Ada ketulusan melupakan kesalahan dan keberanian untuk mengemukakan pendapat secara JUJUR.”

Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara yang diramaikan gending cinta,
bukan rancangan gaun pengantin ala cinderella, apalagi rangkaian mobil undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk berlabuh, ketika ribuan kapal pesiar yang gemerlap memanggil-manggil.

MENIKAH adalah proses penggabungan dua orang berkepala batu dalam satu ruangan dimana kemesraan, ciuman, dan pelukan yang berkepanjangan hanyalah bunga.

Masalahnya bukanlah menikah dengan anak siapa, yang hartanya berapa, bukanlah rangkaian bunga mawar yang jumlahnya ratusan, bukanlah perencanaan berbulan-bulan.

MENIKAH adalah proses pengenalan diri sendiri maupun pasangan anda. Tanpa mengenali diri sendiri, bagaimana anda bisa memahami orang lain ?? Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri, bagaimana anda bisa memperhatikan pasangan hidup ??

MENIKAH sangat membutuhkan keberanian tingkat tinggi, toleransi sedalam samudra, serta jiwa besar untuk bisa saling “Menerima” dan “Memaafkan”, yang bukan sekedar “Menerima kritikan” atau “Memaafkan kesalahan” semata, akan tetapi “Menerima dan Memaafkan dalam arti yang luas dan mendalam.”

Nasehat Nikah

NASEHAT PERNIKAHAN

Nasehat dan wasiat Umamah binti Al Harits yang ditujukan kepada putrinya pada hari pernikahannya :

Wahai putriku, andai saja nasehat itu tidak berguna bagi orang yang memiliki keutamaan dalam akhlak maupun keturunan yang terhormat, pastilah engkau tidak membutuhkan nasehat. Namun nasehat ini untuk mengingatkan orang yang mungkin lalai, ataupun sebagai bahan pertimbangan bagi seseorang yang berakal.

Wahai putriku, andai saja istri tidak membutuhkan suami karena merasa cukup dengan keberadaan orang tuanya dan kecintaan keduanya yang sangat terhadap putrinya, maka engkaulah orang yang paling tidak membutuhkan pernikahan. Namun sudah kodrat, bahwa wanita dicipta untuk menjadi pasangan pria. Dan sebaliknya, pria tercipta untuk menjadi pasangan wanita.

Wahai putriku, kini, engkau telah meninggalkan lingkunganmu yang dulu dan rumah tempat engkau dibesarkan ke dalam alam yang serba baru bagimu bersama pasangan yang sebelumnya engkau tidak mengenalnya. Maka sejak hari ini, engkau telah menjadi milik seseorang. Jadilah engkau sebaik-baik pelayannya, niscaya ia akan menjadi hamba bagimu.

Wahai putriku, jaga sepuluh perkara yang akan kuberikan kepadamu, niscaya akan menjadi kekayaan berharga dan kenangan bagimu.

Pertama dan Kedua “Temanilah suamimu dengan sifat qana’ah (apa adanya) dan dengar serta patuhilah perintahnya. Sesungguhnya dengan sifat qana’ah, hatimu akan tenang. Dan mendengar serta patuh kepadanya, engakau akan mendapatkan ridha dari Rabb-mu.”

Ketiga dan Keempat ”Jagalah hidung dan matanya. Jangan sampai matanya melihat pada dirimu sesuatu yang tidak menyenangkannya. Atau pun hidungnya mencium darimu, kecuali bau yang harum. Maka celak adalah sebaik-baik hiasan mata dan air cukup untuk menghilangkan bau.”

Kelima dan Keenam ”Ingatlah waktu makannya dan tenanglah ketika tidurnya. Sebab biasanya gejolak lapar akan dapat membakar amarah. Sedangkan kurang tidur akan menimbulkan emosi.”

Ketujuh dan Kedelapan ”Hormati dan pelihara keluarga, anak-anak dan hartanya. Jika engkau dapat menjaga hartanya, pastilah engkau akan mendapatkan kehormatannya. Jika engkau menjaga hak keluarga dan anak-anaknya maka akan membuatnya bersikap baik kepadamu.”

Kesembilan dan Kesepuluh ”Jangan sampai engkau membeberkan rahasianya dan menentang perintahnya. Jika engkau membocorkan rahasianya, jangan harap engkau selamat dari pembalasannya. Jika engkau menentang perintahnya maka engkau akan membuat dadanya bergejolak. Kemudian janganlah engkau bergembira ketika ia sedih ataupun bersedih ketika ia sedang bergembira. Sebab, yang pertama adalah wujud kurangnya perhatianmu. Dan yang kedua akan mengeruhkan hubunganmu dengannya. Upayakan semaksimal mungkin untuk menghormatinya niscaya dia akan memberikan penghormatan untukmu. Seperti itu pula, jadilah engkau sahabat yang paling setia padanya, pastilah dia akan berbuat serupa terhadapmu.”

Ketahuilah wahai putriku, bahwa engkau mustahil mendapatkan cintanya sampai dirimu rela untuk mengalah dan mengutamakan apa yang diinginkannya dari pada harus mengikuti apa yang engkau inginkan.

Semoga Allah Swt selalu memberikan kebaikannya kepadamu dan menjagamu
Aamiiin Allahumma Aamiiin

 

Blog Template by YummyLolly.com